Hormonisasi Sains dan Agama

Adinugraha, Hendri Hermawan and Khobir, Abdul (2025) Hormonisasi Sains dan Agama. CV. Rizquna, Banyumas. ISBN 978-623-8608-43-0

[img] Text
Harmonisasi.pdf

Download (4MB)

Abstract

Buku yang berjudul Harmonisasi Sains dan Agama ini hadir di tengah peradaban yang sering diwarnai ketegangan antara dua pendekatan besar dalam memahami kehidupan: pendekatan saintifik yang berbasis pada empirisme dan logika, serta pendekatan agama yang bertumpu pada wahyu dan spiritualitas. Kedua pendekatan ini dalam sejarahnya telah melahirkan dua model disiplin ilmu yang saling berseberangan. Jika pendekatan saintifik melahirkan sains modern, maka pendekatan keagamaan (religious studies) melahirkan ilmu ilmu keagamaan (Islamic studies/dirasah isalmiah). Secara epistemologis, kedua pendekatan ini melahirkan implikasi yang berbeda. Pendekatan saintifik yang dibangun di atas basis epistemologi positivisme telah melahirkan cara pandang logika verifikatif. Akibatnya, standar validitas sains diukur sejauh mana informasi yang ada dalam sains tersebut dapat dibuktikan secara empiris-verifikatif. Epistemologi positivisme ini membawa konsekuensi lahirnya ilmu-ilmu yang bercorak sekuler-antroposentris. Artinya, manusia dijadikan sebagai satu-satunya standar kebenaran ilmiah, sekaligus mengeliminasi peran Tuhan sebagai sang pencipta alam. Berbeda dengan pendekatan ilmiah, pendekatan agama berupaya melahirkan ilmu-ilmu keagamaan berdasarkan kajian mendalam terhadap wahyu ilahi (al-Quran) dan teks-teks keagamaan yang lain. Pendekatan ini melahirkan corak epistemologi yang idealistis. Artinya, segala persoalan yang dikembangkan ilmu-ilmu keagamaan harus dapat dikembalikan ke dalam gagasan ilahi yang tercantum dalam al-Quran (teo-sentrik). Karena itu, pendekatan ini sibuk mengkaji al-Quran dengan berbagai pendekatan tafsir. Dengan kata lain, jika pendekatan saintifik berangkat dari cara berpikir induktif, sementara pendekatan keagamaan berangkat dari cara berpikir deduktif. Dengan cara berpikir induktif, pendekatan saintifik berupaya memperoleh teori pengetahuan berangkat dari fakta-fakta yang terdapat dalam fenomena alam secara empiris, sementara cara berpikir deduktif berusaha memperoleh teori pengetahuan berangkat dari premis-premis mayor (ushul) yang terdapat dalam al-Quran. Kedua pendekatan ini (saintifik dan agama) bukan hanya berimplikasi dalam wilayah epistemologi, tetapi juga wilayah praksis kehidupan sosial. Solusi dan kebijakan untuk menyelesaikan persoalan sosial sering kali melahirkan pertentangan antara kedua pendekatan tersebut. Masalah-masalah sosial seperti prostitusi, judi, jual beli minuman keras dan sebagainya akan dilihat secara bertolak belakang antara pendekatan ilmiah dan pendekatan keagamaan. Yang pertama berpijak pada aspek ekonomi dan serapan kerja, sementara yang kedua menekankan aspek moralitas dan spiritualitas. Tentu saja cara pandangan dikotomi ini tidak akan mampu menyelesaikan persoalan kemanusiaan secara tuntas dan holistik. Karena itu, diperlukan model epistemologi integratif yang mampu menyatukan kedua pandangan tersebut. Penulis buku ini berhasil mengemas kajian ini dengan mengedepankan dialog yang onstruktif dan integratif, menggambarkan bahwa ilmu dan agama bukanlah dua kutub yang saling bertentangan, melainkan dua jalur yang saling melengkapi untuk memahami kebenaran yang utuh. Sejarah mencatat bahwa tradisi Islam di masa keemasan peradaban tidak hanya mendorong perkembangan sains, tetapi juga menjadikannya sebagai sarana mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Tokoh-tokoh besar seperti AlFarabi, Ibnu Sina, dan Al-Biruni telah embuktikan bahwa sinergi antara wahyu dan akal melahirkan inovasi yang membawa manfaat bagi umat manusia secara luas. Dalam konteks inilah, buku ini menjadi relevan untuk mengingatkan kita bahwa paradigma integratif yang mendasari kajian ini bukan sekadar bagian dari masa lalu, tetapi juga merupakan kebutuhan masa kini. Isi buku ini mengupas berbagai perspektif historis, filosofis, dan praktis mengenai hubungan sains dan agama. Bab-babnya dirancang untuk membawa pembaca menelusuri perjalanan panjang relasi keduanya, mulai dari zaman konflik hingga model integrasi yang holistik. Dengan dukungan referensi yang komprehensif, pembaca diajak untuk memahami betapa pentingnya dialog antara sains dan agama dalam menjawab tantangan global, seperti krisis lingkungan, revolusi teknologi, dan isu-isu moralitas kontemporer. Sebagai seorang akademisi yang menaruh perhatian besar pada filsafat Islam dan kajian interdisipliner, saya merasa buku ini memberikan kontribusi yang sangat berharga bagi dunia keilmuan. Kehadiran karya ini tidak hanya memperkaya wawasan akademis, tetapi juga menginspirasi umat Islam untuk kembali memanfaatkan ilmu sebagai sarana ibadah dan sebagai solusi terhadap persoalan kemanusiaan.

Item Type: Book
Editors:
EditorsEmail
Surur, Ahmad Tubagusachmad.tubagus.surur@iainpekalongan.ac.id
Subjects: 200 RELIGION (AGAMA) > 2X0 ISLAM UMUM > 2X0.01 Karangan-karangan tentang Islam
200 RELIGION (AGAMA) > 2X0 ISLAM UMUM > 2X0.072 Studi Islam
Divisions: Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan > Jurusan Pendidikan Agama Islam
Depositing User: Junaeti Aqin
Date Deposited: 17 Oct 2025 05:41
Last Modified: 17 Oct 2025 05:41
URI: https:///id/eprint/1071

Actions (login required)

View Item View Item