Stilistika dalam Kitab Iqdu Al-Jawahir Karya Syekh Jafar Al-Barzanji dan Kitab Qasidah Burdah Karya Syekh Syarafuddin Abi Abdillah Muhammad Al Busairi (Analisis Stilistik dalam Konteks Diksi dan Gaya Bahasa serta relasinya terhadap Estetika Resepsi Masyarakat Pekalongan)

Azzuhri, Muhandis (2013) Stilistika dalam Kitab Iqdu Al-Jawahir Karya Syekh Jafar Al-Barzanji dan Kitab Qasidah Burdah Karya Syekh Syarafuddin Abi Abdillah Muhammad Al Busairi (Analisis Stilistik dalam Konteks Diksi dan Gaya Bahasa serta relasinya terhadap Estetika Resepsi Masyarakat Pekalongan). [Research]

[img] Text
LAPORAN HASIL PENELITIAN STILISTIKA1.pdf

Download (1MB)
[img] Text
LAPORAN HASIL PENELITIAN STILISTIKA1.pdf

Download (1MB)

Abstract

Penelitian ini membahas tentang “Pandangan dunia Syarafuddin abi abdillah muhammad al-Busairi dan Syaikh Ja‟far al-Barzanji dalam menulis Qasidah Burdah dan Barzanjinya, Analisis stilistika dalam konteks diksi dan gaya bahasa dalam Qasidah Burdah dan „Iqdul Jawahir serta relasinya terhadap Estetika Resepsi Masyarakat Pekalongan” Penelitian ini termasuk dalam kajian stilistik. Teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah Sinonim yaitu telaah mengenai bermacam-macam kata yang memiliki makna yang sama atau keadaan dimana dua kata atau lebih memiliki makna yang sama, Polisemi yaitu satu bentuk mempunyai beberapa makna sedangkan homonimi adalah dua kata atau lebih tetapi memiliki bentuk yang sama, Aliterasi yaitu semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan konsonan yang sama. Biasanya dipergunakan dalam puisi dan prosa, Asonansi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan bunyi vokal yang sama. Biasanya digunakan dalam puisi dan prosa untuk memperoleh efek keindahan, Hiperbola adalah semacam gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan, dengan membesar-besarkan suatu hal, Asosiasi (simile) adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berbeda, tetapi segaja dianggap sama. Majas ini ditandai oleh penggunaan kata bagai, bagaikan, seumpama, seperti, laksana, sama, Metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat, Personifikasi, adalah majas yang membandingkan benda-benda tidak bernyawa seolah olah memiliki sifat seperti manusia dan Resepsi sastra yaitu reaksi langsung atau tidak langsung pembaca karya sastra dalam memberikan penafsiran dalam bentuk karya terjemahan, salinan dan saduran. Metode pengumpulan datanya dengan metode simak dan metode catat yaitu memperoleh data dengan menyimak penggunaan bahasa. Teknik yang dilakukan adalah teknik sadap, teknik pengamatan partisipatif moderat yaitu pengamatan yang dilakukan dengan mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktifitas mereka secara seimbang. Adapun metode analisis datanya dengan menggunakan analisis stilistik yaitu menganalisis aspek diksi dan gaya bahasa pada sebuah karya sastra. Rumusan masalah penelitian ini adalah (a) Bagaimana Pandangan Dunia Syaikh Ja‟far al-Barjanjji dan Syaikh Syarafuddin Abi Abdillah Muhammad al-Busyairi ketika menulis prosa „Iqdul jawahir dan puisi Qasidah al-Burdah terhadap realitas situasi dan kondisi pada zamannya?, (b)Bagaimana Analisis Stilistik dalam Konteks Diksi dan Gaya Bahasa di dalam kitab „Iqdul jawahir dan Qasidah Burdah?, dan (c) Bagaimana Resepsi Estetik atau Sambutan Masyarakat Pekalongan terhadap Pembacaan „Iqdul Jawahir dan Qasidah Burdah? Hasil penelitian menunjukan bahwa pandangan dunia Syaikh Syarafuddin Abi Abdillah Muhammad al-Busyairi ketika menulis Qashidah Burdah dilatarbelakangi adanya konflik sosial dan politik yang berkepanjangan akibat perebutan kekuasaan atau peralihan kekuasaan dari dinasti Ayyubiyah ke dinasti Mamalik, kemerosotan moral, saling bunuh membunuh antara penguasa Ayyubiyah terakhir yaitu khalifah Turan Syah sebagai khalifah terakhir dengan penguasa Mamalik yang baru yaitu khalifah Aybak. Kondisi sosial dan politik seperti inilah yang menyebabkan Syaikh Syarafuddin Abi Abdillah Muhammad al-Busyairi menulis prosanya dengan bertujuan agar mereka senantiasa mencontoh kehidupan Nabi yang bertungsi sebagai uswatun hasanah (suri tauladan yang baik), mengendalikan hawa nafsu, kembali kepada ajaran agama yang murni, Al Quran dan Hadis, Analisis stilistika dalam konteks diksi dan gaya bahasa dalam kitab „Iqdul jawahir dan Qasidah Burdah menggunakan kosakata bahasa yang sangat tinggi, ini menunjukan keluasan ilmu dan bahasa dalam sosok imam al-Barzanzi dan sosok Al-Busyairi, seperti halnya pemilihan kata ا يٌ و٘ ٠خ dalam bait syair al-Barzanji مٔ إ ٌٝ مِوّ طلفخ أ خِٕ ا يٌ و٘ ٠خ (Maka Allah memindahkan tempat Nur tersebut kepada Aminah yang suci) diartikan “suci” tetapi makna sebenarnya dari kata ا يٌ و٘ ٠خ adalah panggilan semua nama anak perempuan dari nasab Kilab bin Murrah bin Ka‟ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr, maka Ibunda Rasulullah Saw juga mendapat gelar ا يٌ و٘ ٠خ . Adapun dalam bait syair kitab Burdah adanya diksi dan gaya bahasa dalam bait syair, misalnya أ ٠ؾ تَ اظٌت أ ا ؾٌتّ ىِٕز * بِ ث ١ غَِٕ ٚ ؼِطوَ (apakah pecinta yang tulus menyangka bahwa cintanya tersembunyi diantara air mata yang berlinang dan hati yang menyala-nyala). Terdapat kata غَُِٕ yang berarti “air mata berlinang”. Kata tersebut sudah merupakan satu kesatuan yang dikaitkan dengan „air mata” seperti kalimat berikut غٍ ذّ ا ؼٌ ١ ك ؼِٙب (air mata bercucuran). Kata غَُِٕ bersinonim dengan ىَِٕت، ِٕٙوق، فَِٕه , demikian juga kata ؼِطوَ yang berarti “menyala-nyala” tetapi karena konteksnya menceritakan tentang perasaan hati maka diartikan sebagai “perasaan hati yang menyala-nyala”, ini menggambarkan bentuk mubalaghah gaya bahasa sebagai bentuk metafora dan terdapat adanya penyimpangan makna karena menggambarkan hati seperti halnya api. Qasidah Burdah dan al-Barzanji juga diterima oleh masyarakat Pekalongan sebagai bentuk doa kepada Allah Swt dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, disamping mempunyai unsur rima atau persamaan bunyi dan irama (tingga rendah suara). Apalagi dalam kultur masyarakat Pekalongan yang didominasi masyarakat santri Qasidah Burdah dan al-barzanji sudah dimasukan dalam kurikulum pesantren sebagai bagian dari pengajian kitab-kitab klasik dan bagian dari proses belajar mengajar dalam kehidupan pesantren. Tradisi pengajian Qasidah Burdah dan al-barzanji di beberapa masyarakat Pekalongan dilakukan oleh Kyai dan Santri dalam bentuk naskah, karya lisan, rekaman, dan seni pertunjukan dan dalam masyarakat Pekalongan mereka membaca Qasidah Burdah dan al-Barzanji di satu pihak sebagai ekspresi estetiknya dan di pihak yang lain sebagai bagian dari kehidupan spiritualnya.

Item Type: Research
Uncontrolled Keywords: Semantik, Gaya Bahasa, Diksi, Bahasa Arab
Subjects: 400 LANGAUGE (BAHASA) > 400 Terminology, Bilingualism (Terminologi, Bilingual) > 401.43 Semantics/Semantik
Divisions: Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan > Jurusan Pendidikan Bahasa Arab
Depositing User: Junaeti Aqin
Date Deposited: 28 Jul 2020 04:34
Last Modified: 28 Jul 2020 04:34
URI: http://repository.uingusdur.ac.id/id/eprint/328

Actions (login required)

View Item View Item