Relasi Jender dalam Metafisika Sufi (Studi Pemikiran Suhrawardi al-Isyraqi)

Imam Kanafi (2016) Relasi Jender dalam Metafisika Sufi (Studi Pemikiran Suhrawardi al-Isyraqi). EC00201602160.

Text Relasi Jender Dalam Metafisika Sufi (Studi Atas Pemikiran Suhrawardi al-Isyraqi).pdf Download (1MB)

Abstract

Berbagai persoalan jender yang muncul dalam kajian fiqh, teologi, tafsir, dan yang lainnya selama ini, tidaklah memadai bila hanya didekati secara legal-normatif dan historis-sosiologis. Karena pendekatan normatifitas-formalistik hanya mengungkapkan hal-hal yang determinan-teologis, yang hanya membekali manusia dengan daftar-daftar perintah dan larangan tanpa banyak menjelaskan mengapa sesuatu harus dilakukan, dan hanya memberitahu apa yang harus dilakukan dan harus ditinggalkan. Jika ada keberatan, maka satu-satunya jawaban yang diberikan adalah bahwa Allah telah menentukan demikian. Menurut Sachiko Murata, problem normatif seperti ini tidak memadai bila hanya diselesaikan melalui pendekatan teologis-normatif. Karena wacana teologis terbelenggu dalam sebuah pendekatan yang memposisikan Tuhan sebagai sang Raja Pemberi Perintah yang berada di puncak segenap kepeduliannya. Oleh karena itu, persoalan relasi jender yang disebabkan oleh berbagai ketimpangan, perlu dikaji dengan pendekatan yang tidak hanya bersifat normatif, teologis, historis dan sosiologis saja. Sebab bias jender yang telah mengakar dalam wacana dan praktek keberagamaan tersebut sesungguhnya lebih didasarkan pada keyakinan-keyakinan terhadap realitas transhistoris-transhuman yang metafisis, atau yang disebut oleh Sayyed Hossein Nasr sebagai presiding idea. Bahkan Nasr mengatakan bahwa semua bentuk peradaban manusia di alam ini sesungguhnya manifestasi dari priding idea yang transhuman tersebut. Karena itulah bias jender dalam tasawuf yang merupakan manifestasi spiritualitas Islam perlu dikaji dengan perspektif yang lebih mendasar dan fundamental, yang diantaranya adalah perspektif metafisik.

Actions (login required)

View Item