Muhammad Seorang Penutur yang Santun (Sebuah Telaah Pragmatik)

Jaeni, Muhamad (2012) Muhammad Seorang Penutur yang Santun (Sebuah Telaah Pragmatik). Religia, 15 (1). pp. 27-45. ISSN 2527-5992

Full text not available from this repository.
Official URL: https://e-journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/R...

Abstract

Muhammad, sebagai orang Arab dan juga manusia utusan Allah tidak lepas dari kapasitasnya dia sebagai seorang penutur. Kemampuan bahasa beliau sudah tidak diragukan lagi. Beliau adalah seorang penyampai ajaran-ajaran Allah. Beliau sangat memperhatikan kepada pentingnya penguasaan bahasa yang fashih. Perkataannya selalu penuh kesantunan. Sejak kecil, Nabi sendiri sudah rajin berlatih untuk berbahasa dengan fashih. Beliau termasuk orang yang paling baik dalam berbahasa dibandingkan anak-anak di usianya. Oleh karena itu, Rasulullah pernah berkata; “Ana afshahul ‘Arab Baida annii min Quraisy wa nasya’tu fi bani sa’di ibni Bakr”. Beliau selalu menggunakan sedikit kata, tetapi sarat makna. Tuturannya penuh kesiapan dan tidak bersifat spontan dan selalu mengedepankan keindahan dan kasih sayang. Dalam kajian pragmatik terdapat prinsip-prinsip kesantunan, yakni maksim kebijaksanaan, maksim kemurahan, maksim penerimaan, maksim kerendahan hati, maksim kecocokan, dan maksim kesimpatian. Pertuturan Rasulullah senantiasa tidak lepas dari prinsip-prinsip kesantunan tersebut. Muhammad as an Arabian and human messanger of Allah cannot be separated from his capacity as speaker. His language ability was no doubt. He was a messanger of Allah thoughts. He was very concerned with the fluency of language acquisition. His words was very polite. Since childhood, Prophet Muhammad was very diligent to speak Arabic fluently. He was the best speaker among the children in his age. Therefore, Rasulullah said, “Ana afshohul ‘Arab Baida annii min Quraisy wa nasya’tu fi bani sa’di ibni Bakr”. He always used a few words, but full of meaning. His utterance was full of readiness, not spontaneous, and full of beauty and love. In pragmatics, there are politeness principles namely maxim of wisdom, maxim of generosity, maxim of acceptance, maxim of humility, maxim of agreement, and maxim of sympathy. Rasulullah’s utterance was never out of politeness principles.

Item Type: Article
Uncontrolled Keywords: Pertuturan, Kesantunan, Pragmatik, Maksim
Subjects: 400 LANGAUGE (BAHASA) > 400 Terminology, Bilingualism (Terminologi, Bilingual) > 400 Language/Ilmu Bahasa, Kebahasaan
Divisions: Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan > Jurusan Pendidikan Bahasa Arab
Depositing User: Junaeti Aqin
Date Deposited: 28 Nov 2022 07:28
Last Modified: 28 Nov 2022 07:28
URI: https:///id/eprint/713

Actions (login required)

View Item View Item