Memupuk Optimisme Proklamasi

Arditya, Prayogi Memupuk Optimisme Proklamasi. Tribun Sumsel. p. 10.

Text Memupuk Optimisme Proklamasi.pdf - Published Version Download (553kB)

Abstract

17 agustus 1945 yang lalu, Indonesia lahir sebagai sebuah entitas bangsa dan Negara. Bung Karno dan Bung Hatta atas nama bangsa Indonesia telah memproklamirkan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. Proklamasi kemerdekaan ini di sambut dengan penuh suka cita oleh seluruh Bangsa Indonesia yang berada di seluruh pelosok tanah air, dari Sabang sampai Merauke. Kemerdekaan ini atau lepasnya bangsa Indonesia dari cengkraman penjajah Belanda dan Jepang tentu tidak diraih dengan mudah. Para pendahulu, para pahlawan, para pejuang kemerdekaan RI telah mengorbankan seluruh harta bendanya, seluruh hidupnya, seluruh keluarganya, bahkan darah, jiwa, dan raganya mereka korbankan untuk Indonesia merdeka. Mereka semua berjuang dengan penuh semangat, penuh kebersamaan, rela berkorban, dan gigih serta pantang menyerah untuk mencapai cita-cita bangsa Indonesia saat itu, yaitu Indonesia merdeka. Namun rasanya perjuangan para pahlawan mencapai kemerdekaan itu di tiap-tiap agustus ini serasa kalah dengan rasa pesimistis. Rasa pesimisme akan kondisi Indonesia ini rasa-rasanya masih terus terdengar bunyinya. Tengok saja betapa kondisi krisis dan carut marut negeri ini setelah berumur 70 tahun di tahun ini masih terus berseliweran di media massa, mulai dari harga pangan yang melambung, melemahnya nilai tukar rupiah, kondisi sosial ekonomi yang penuh intrik, hingga kriminalitas yang tak kunjung menurun. Kondisi-kondisi ini puncaknya memunculkan pesimisme dan berakhir dengan sebuah pertanyaan “benarkah Indonesia telah merdeka?”.

Actions (login required)

View Item