Berkah lan Sanggan (Pragmatisme Religiusitas dalam Hubungan Industry Batik di Kota Pekalongan)

Susminingsih (2015) Berkah lan Sanggan (Pragmatisme Religiusitas dalam Hubungan Industry Batik di Kota Pekalongan). 01233.

[img] Text
BERKAH LAN SANGGAN (PRAGMATISME RELIGIUSITAS PADA HUBUNGAN KERJA INDUSTRI BATIK DI KOTA PEKALONGAN) DAN HAKI.pdf

Download (9MB)

Abstract

Penelitian ini fokus pada hubungan kerja dalam industri batik dan religiusitas di Kota Pekalongan. Pertanyaan pada penelitian ini adalah mengapa para pengusaha batik melibatkan agama dalam manajemen hubungan industrinya. Keberadaan industri batik dalam waktu yang cukup lama mengindikasikan bahwa dalam aktivitasnya, usaha batik juga melibatan faktor budaya, organisasi hingga agama, mengingat mayoritas masyarakat pembatik di Kota Pekalongan beragama Islam. Di bidang manajemen, penelitian ini memperlihatkan bahwa hubungan industri sebagai sebuah organisasi juga bisa dipelajari secara antropologi. Hubungan kerja yang terjadi selama usaha batik berjalan menggambarkan bagaimana social capital didalamnya terkonstruk. Bagi ilmu ekonomi, penelitian ini menunjukkan bahwa batik sebagai sebuah industri tidak hanya mencakup bidang yang bersifat transaksional saja, akan tetapi di dalam tindakan setiap individu juga terkandung pola-pola relasi personal, yang lebih dekat dengan nilai-nilai yang diyakini para individu. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan obyek kajiannya adalah hubungan industri antara pengusaha dengan para pihak terkait dengan usaha batik dalam perspektif agama dan budaya. Pengumpulan data dilakukan dengan gabungan antara tehnik observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Sumber data primer pada penelitian ini adalah para pekerja dan pengusaha industri batik skala kecil dan menengah, sementara sumber data sekunder yaitu buku atau jurnal internasional yang membahas religiusitas, pragmatisme, budaya serta antropologi organisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembauran antara agama dan ekonomi dikalangan pembatik di Kota Pekalongan terjadi karena kebutuhan pragmatis sehingga yang muncul bukanlah kesadaran kolektif, yang sangat menekankan aspek pemahaman, tetapi keadaan saling memanfaatkan ketidakberdayaan dan keterbatasan sumber daya. Fluktuasi yang sering mengancam keberlangsungan usaha berkembang sedemikian kuat hingga mempengaruhi corak religiusitas mereka, membuat pemahaman terhadap ajaran agama menjadi tidak konsisten (ora pakem) hingga membentuk sikap pragmatis. Berbagai ritual dan tradisi yang dilakukan pun diorientasikan untuk memperoleh keuntungan bisnis; jaringan bisnis, dukungan referensi permodalan dan sebagainya. Keberagamaan yang pragmatis ini membuat pengusaha menjadi inkonsisten pada bidang God relation dan human relationnya. Pragmatisme yang mendorong munculnya inkonsistensi tersebut merupakan bentuk respon toleransi pengusaha batik terhadap perubahan bisnis yang dihadapi, tepatnya untuk ngurip-uripi usaha batik. Inkonsistensi yang terjadi merupakan bentuk moral yang cenderung relativistik, suatu bentuk moralitas yang mendasari perilaku masyarakat pesisir yang sangat egaliter dengan situasi apa pun. Sehingga penilaian ora pakem dari perilaku masyarakatnya juga dianggap sebagai suatu hal yang lumrah. Penelitian ini menunjukkan bahwa secara organisasional, industri batik kecil menengah adalah foklore yang sarat dengan interaksi manusia, living process, shared value dan konteks budaya.

Item Type: HAKI
Uncontrolled Keywords: HAKI, Industri Batik, Religius
Subjects: 600 TECHNOLOGY AND APPLIED SCIENCES (TEKNOLOGI DAN ILMU TERAPAN) > 650 Management and Auxiliary Service (Manajemen dan Ilmu yang Berkaitan) > 650 Business/Bisnis
Divisions: HAKI (Hak Kekayaan Intelektual)
Depositing User: Junaeti Aqin
Date Deposited: 11 Jan 2021 08:40
Last Modified: 13 Jan 2021 04:27
URI: https:///id/eprint/401

Actions (login required)

View Item View Item